Thursday, October 25, 2012

teach me

De'..
ajari aku caramu memandang dunia
caramu melihat hidup dengan lebih dewasa..
Bukankah kau bilang kita tak punya beda?
sama-sama dipaksa menatap realita dengan lebih sederhana
Semua pasti terlihat lebih indah, katamu

Aku mencoba, De'..
tapi tetap ada sakit, ada perih, ada sesak..
dan ragu itu tetap nyata.
bukan lenyap tanpa sisa seperti katamu.

Tidakkah kau merasakannya juga, De'?
ketakutan ini..
keraguan yang semakin nyata saat ia tiba?

Ajari aku senyummu, De'..
kuat dan tegarmu untuk selalu bangkit dan berujar: "Jangan menyerah, Kak."


Tawa lepasmu itu..
Ataukah kau pun menangis di belakangku?

Saturday, October 13, 2012

Bolehkah?


Bolehkah aku bersahabat dengan air mata?
ketika langit tak lagi rintik oleh hujan.
ketika daun enggan basah oleh embun.
ketika samudra tak kunjung riak oleh ombak.

Bolehkah aku bersahabat dengan air mata?
ketika pekat tak temukan lentera untuk kilau cahaya.
ketika hening tak usai oleh cengkrama.
ketika lenyap menjadi biasa,
dan hilang seolah nuansa.

Bolehkah aku bersahabat dengan air mata?
ketika temaram makin memburam.. lalu tiada.
nyala berubah redup.. lalu padam.
dan jiwa makin lelah berucap asa.

Bolehkah aku bersahabat dengan air mata?
agar ketika ia jatuh, sakit tak lagi punya rasa.

Wednesday, September 26, 2012

.untitled.

It's totally wrong. I know it for sure.
And actually I also know what I have to do.

As simple as that.
But. . . . . . . . . . 

Saya masih sangat jauh dari (mau) mengerti yaa, ALLAH?-____-

Friday, August 24, 2012

Perahu Kertas (2)

Purna sudah. 434 halaman.


Ternyata..mimpi itu terlalu lekat aku simpan.
Sebelas tahun.
Terjalin rapi kemudian terekam jelas dalam wujud memori yang entah kapan terhapus waktu.

"Liat mataku. Yakin, itu hati kamu yang ngomong?"
Kata-kata itu. Dan anggukan kecil tanpa suara.

"Oke. Aku janji."
Tiga kata "terakhir" itu.

Aku yang punya mimpi.
Aku yang membentuknya sendiri.
Aku yang membiarkannya tetap disini meski lingkaran masa memaksanya pergi.
Merangkainya dalam kepingan-kepingan puzzle yang suatu saat akan menjadi lukisan yang punya nyawa.
Tapi.. saat itu tak akan pernah tiba. Satu-satunya hal yang kutahu pasti sejak awal bermimpi.

Dan detik ini..
Aku ingin terbangun saja.
Melenyapkan semua mimpi tentangnya.
Mustahil untuk melupakan. Tapi aku akan mencoba bersahabat dengannya.
Lalu kembali tidur dan memimpikan hal baru yang lebih siap untuk kuwujudkan.

Mimpi itu sudah lewat.
Sebelas tahun sudah cukup untuk menyimpan mimpi yang sama.
Sebelas tahun terlalu lama untuk menuntaskan kepingan puzzle menjadi utuh.
Tak perlu usai terlukis, toh mimpi kadang memang tak memiliki ending.

Aku sudah siap tidur dan kembali bermimpi.
Mimpi yang lain,, yang punya nyawa meski belum utuh terlukis.
Tak perlu kurangkai, karena ALLAH yang akan menuntaskannya.=)


*Kali ini, saya siap menonton filmnya!=)

Friday, August 17, 2012

Perahu Kertas

Ini bukan tentang resensi novel atau film yang baru saja rilis.
Ini tentang......
Memori.




Sekitar sebulan-dua bulan lalu Perahu Kertas seolah menjadi topik yang banyak dibahas di mana-mana.

Setidaknya, di dunia maya tempat saya cukup banyak menghabiskan waktu.
Twitter, facebook, forum-forum dan milis kepenulisan yang saya "ikuti"...
Lalu berita tentang diangkatnya novel ini ke layar lebar.
Judulnya tidak terdengar asing.
Lagipula ini Dee. Salah satu penulis yang saya suka karya-karyanya.
Lalu Maudy Ayunda yang menjadi tokoh utama.
Sosok yang juga saya suka.

Satu-dua bulan lalu itu...

Yang ada di benak saya hanyalah: "Saya ingin menonton film ini."
Sekilas ingat, saya sudah pernah membaca novelnya.

Sekali lagi, ini Dee. (Seharusnya) saya (memang) sudah membaca novelnya.
Berulang kali saya menonton trailer (film)nya.
Ini tidak asing. Tapi saya mulai bertanya: Apa benar saya sudah membaca novelnya (sampai habis)?

Dan malam ini... baru malam ini...

Jemari saya tergerak untuk membuka file-file e-book dalam notebook saya.
(Saya memang tidak punya novel Dee versi cetak. Payah yaa..??:p)

Dee --> Perahu Kertas --> Open.
Halaman satu... halaman dua... halaman tiga...
Tidak. Ini tidak asing. Saya pernah membacanya.
Tapi, memasuki halaman-halaman selanjutnya...

Saya memang pernah membacanya. Beberapa tahun lalu.
Tapi tak pernah tuntas.
Dan akhirnya saya ingat kenapa.

Ada Keenan di sana yang selalu mengingatkan saya pada sosok yang lain.
Ada lukis.
Ada Amsterdam.
Ada mimpi menjadi penulis.
Ada "kecil".
Ada memori itu.

Satu-dua bulan lalu saya sangat ingin menonton filmnya...

Beberapa waktu lalu saya begitu bersemangat (kembali) "melahap" novelnya...
Tapi malam ini, saya terhenti di halaman 124.
Menyerah pada "emosi berbeda" yang menyeruak sejak halaman pertama dan seketika tertumpah dalam riak di ujung mata.
Merasa sangsi untuk meneruskan ke halaman selanjutnya.
Dan mendadak ragu untuk menonton filmnya.

Entah esok atau lusa, saya pasti akan melahap habis novel ini.

Pun menonton filmnya.
Tapi tidak sekarang.
Perlu waktu untuk menata hati.
Perlu waktu untuk menjadikannya hanya sekedar memori,
yang kelak hanya akan membuat saya tersenyum ketika mengingatnya.


Ternyata,

Melepaskan mimpi tak berarti mampu bersahabat dengan memori...

Friday, August 10, 2012

denial?

read.
not replied.
and then read again.
(still) not deleted.

Sunday, July 29, 2012

ini apa?

tatap ini.
lagi.
salahkah?
bila satu dua kali mata ini kubiarkan terpaku?
sekejap.
hanya sekon-sekon waktu.
bahkan satu kedip saja.

tak ada patah kata.
hanya untai asa yang menyesap,
rintih harap yang bahkan tak kutahu apa namanya.

mungkinkah dia?
tapi apa?
ini sakit, ini beda.
tapi mengapa?
bukankah semua rasa ini KAU yang punya?



ALLAH..
Luruskan jika ini keliru..